Mendikbudristek, yang tak lain adalah Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim, dengan tegas menyuarakan komitmen bersama untuk mendukung Gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan.
Ia menganggap gerakan ini sebagai gambaran dari semangat utama Merdeka Belajar, yaitu gotong royong dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat pada peserta didik.
"Saya sangat mengapresiasi Kementerian Agama, Kementerian Dalam Negeri, BAPPENAS, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Kelompok Kerja Bunda PAUD dari seluruh provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia, serta Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju, dan tentunya Dharma Wanita Persatuan, yang menjadi pelopor utama dalam Gerakan Transisi PAUD ke SD," ujar Mendikbudristek
Melalui Gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan ini, Mendikbudristek mengajak semua pihak untuk melakukan tiga hal yang mendorong perubahan paradigma umum tentang pendidikan anak usia dini, demi memastikan hak-hak anak terjamin.
"Pertama, kita perlu membuat semua pihak menyadari bahwa masa usia dini tidak berakhir di PAUD, tetapi anak-anak yang masuk SD kelas awal juga masih termasuk dalam kategori usia dini," kata Mendikbudristek.
Mendikbudristek menjelaskan bahwa proses pembelajaran di PAUD dan SD kelas awal harus serupa dan berkesinambungan. Selain itu, suasana belajar di kelas awal harus sama menyenangkan seperti di PAUD, dan kurikulum juga harus selaras.
"Dengan cara ini, kita dapat membantu peserta didik untuk beradaptasi dengan lingkungan belajar yang baru dan membudayakan kecintaan mereka terhadap proses belajar," jelas Mendikbudristek.
Selanjutnya, Mendikbudristek mengajak untuk mendorong satuan pendidikan agar menerapkan pembelajaran yang membangun kemampuan dasar peserta didik secara holistik. Nadiem menekankan bahwa kemampuan yang perlu diajarkan dan dikembangkan di PAUD dan SD kelas awal tidak hanya sebatas membaca, menulis, dan berhitung (calistung), tetapi juga mencakup kematangan emosional, kemampuan berkomunikasi, budi pekerti, dan berbagai hal lainnya.
"Kita harus berhenti menganggap calistung sebagai satu-satunya bukti keberhasilan belajar di PAUD dan sebagai syarat penerimaan peserta didik di SD/MI," kata Mendikbudristek.
Ketiga, Mendikbudristek mengajak untuk menghilangkan pemahaman yang keliru bahwa keterampilan calistung tidak boleh diajarkan di PAUD tanpa literasi dan numerasi.
Hal ini bertujuan agar peserta didik tidak hanya menghafal huruf dan angka semata, tetapi juga mampu memahami dan menganalisis informasi secara kritis.
"Kemampuan literasi dan numerasi harus dibangun secara bertahap dan dengan pendekatan yang menyenangkan," tambah Nadiem.
Untuk mengubah paradigma dan pemahaman yang telah diterima begitu lama oleh masyarakat, diperlukan usaha keras dan keterlibatan banyak pihak, termasuk pemerintah daerah (Pemda), satuan pendidikan, Bunda PAUD, serta organisasi mitra dan yayasan pendidikan.
Kolaborasi tersebut telah menghasilkan beberapa praktik baik, antara lain pembentukan kelompok belajar untuk membantu guru mengubah proses pembelajaran di satuan pendidikan, pertukaran guru antara PAUD dan SD untuk saling berbagi pengalaman dan praktik terbaik, serta penyebaran booklet advokasi guna mengajak lebih banyak masyarakat untuk bergabung dalam gerakan ini.
Dengan pernyataan komitmen bersama yang telah disampaikan, Mendikbudristek berharap dapat menjalin kolaborasi semua pihak dalam mewujudkan transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan.
"Dengan semangat gotong royong, mari kita menciptakan generasi Pelajar Pancasila yang memiliki kemampuan dasar yang holistik dan kuat, serta terus bergerak bersama untuk mewujudkan Merdeka Belajar," ajak Mendikbudristek.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah di Kemendikbudristek, Iwan Syahril, mengungkapkan bahwa Kemendikbudristek telah mengambil langkah tindak lanjut dari episode ke-24 Merdeka Belajar, yaitu Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan.
"Kami telah memberikan pelatihan kepada seluruh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kemendikbudristek. Kami juga bersama-sama dengan Pemda melakukan pelatihan bagi guru PAUD dan SD yang menjadi teman belajar anak-anak di sekolah masing-masing. Kami juga mulai menjalin kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan serta menyediakan sumber belajar di Platform Merdeka Mengajar," ungkap Iwan.
Kemendikbudristek mengundang lebih banyak pihak untuk bergerak bersama demi masa depan yang lebih baik bagi anak-anak Indonesia. "Mari kita jaga hak-hak anak dengan memberikan dukungan penuh pada Gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan," ajak Iwan. (*)