Cepat Tepat dan Akurat




Saturday, July 1, 2023

Perkembangan Kognitif Bayi Terpengaruh oleh Udara, Mengapa Kita Harus Peduli?

 

Perkembangan Bayi Kognitif
Tak hanya masalah pernapasan, kualitas udara yang buruk ternyata menyimpan ancaman serius bagi perkembangan kognitif bayi dan balita. Penelitian terbaru dari University of East Anglia (UEA), Inggris, telah mengungkapkan hubungan antara polusi udara di India dengan gangguan kognitif pada anak-anak di bawah usia dua tahun. Tim peneliti melacak keluarga di pedesaan India untuk menemukan hal ini.

Penemuan ini menimbulkan keprihatinan besar karena dampaknya bisa berlangsung dalam jangka panjang dan berpengaruh terhadap kehidupan anak-anak di masa depan. Oleh karena itu, tindakan segera harus diambil untuk mengurangi konsekuensi negatifnya terhadap perkembangan otak anak.

Tim peneliti dari UEA berkolaborasi dengan Lab Pemberdayaan Masyarakat di Lucknow, India, sebuah organisasi penelitian dan inovasi kesehatan global yang bekerja secara kolaboratif dengan masyarakat pedesaan.

"Penelitian sebelumnya sudah menunjukkan hubungan antara kualitas udara yang buruk dengan gangguan kognitif dan masalah emosional pada anak-anak, dampaknya bisa sangat merugikan keluarga," ungkap Profesor John Spencer, peneliti utama dari Sekolah Psikologi UEA.

Bayi

Dia menambahkan bahwa perhatian utama adalah partikel-partikel kecil dalam udara yang dapat bermigrasi dari saluran pernapasan ke otak.

Menariknya, penelitian sebelumnya gagal menunjukkan keterkaitan antara kualitas udara yang buruk dan masalah kognitif pada bayi. Mungkin karena otak bayi sedang berada di puncak perkembangannya dan sangat rentan terhadap efek racun.

Untuk menguji hipotesis ini, penelitian dilakukan di komunitas pedesaan Shivgarh, Uttar Pradesh, India, wilayah yang terpapar polusi udara tinggi. Dalam penelitian ini, 215 bayi dinilai melalui tugas kognitif yang dirancang khusus untuk mengukur memori kerja visual dan kecepatan pemrosesan visual. Peneliti menampilkan kotak-kotak berwarna yang berkedip pada bayi-bayi tersebut. Beberapa kotak berubah warna setelah setiap kedipan, sedangkan yang lainnya selalu sama warnanya.

"Tugas ini mengamati apakah bayi akan mengalihkan pandangan mereka dari sesuatu yang sudah akrab secara visual ke sesuatu yang baru. Kami tertarik untuk melihat apakah bayi dapat mendeteksi perubahan ini dan seberapa baik mereka melakukannya ketika tugas diperumit dengan munculnya lebih banyak kotak pada setiap tampilan," jelas Profesor Spencer.

Selain mengukur kualitas udara di rumah-rumah bayi, para peneliti juga mempertimbangkan dan mengontrol faktor-faktor sosial ekonomi keluarga dalam analisis mereka.

Share:

Comments



Blog Archive